Panduan Cara Ternak Budidaya Ikan Lele Dan Langkah Langkahnya
Cara ternak atau cara budidaya ikan lele sebetulnya cukup sederhana karena dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun, memang benar apabila sebagian orang ada yang berpendapat seperti itu karena ikan lele ikan yang adaptif. Apabila anda ingin mencoba untuk mengembangbiakan ikan lele anda bisa melihat panduan dan tata caranya dibawah ini. Kenapa ikan lele termasuk ikan yang adaptif? karena ikan lele dapat beradaptasi dilingkungan perairan manapun.
ikan lele, ternak lele, budidaya ikan lele, budidaya lele, cara ternak lele, cara budidaya lele, panduan budidaya lele, budi daya ikan lele, teknik budidaya lele, budi daya lele.
Namun walaupun demikian, apabila kita ingin melakukan ternak ikan lele ataupun budidaya ikan lele sebaiknya kita mengatahui aturan ataupun teknik budidaya lele terlebih dahulu, karena hal ini akan berdampak pada hasil akhir dari proses ternak atau budidaya lele tersebut.
Dengan kata lain, apabila kita ingin mendapatkan hasil budidaya yang maksimal secara otomatis berarti kita harus menjalankan tahapan budidaya lele ini dengan semaksimal mungkin (tidak asal-asalan). Seperti yang pernah saya alami beberapa tahun kebelakang, karena kurangnya informasi mengenai cara ternak maupun budidaya ikan lele ini maka hasilnya pun jauh dari kata maksimal. Dengan alasan seperti itu maka dicatatan singkat ini saya akan mencoba berbagai info bagaimana teknik atau cara ternak dan budidaya ikan lele agar mendapatkan hasil akhir yang maksimal.
Panduan cara budidaya ikan lele ini bersumber dari buku yang berjudul “LELE” yang ditulis oleh Indriyadi Hastoro. Namun saya tulis kembali dengan menambahkan kata - kata saya sendiri dengan maksud supaya lebih mudah dipahami.
A. Lokasi dan media untuk budidaya ikan lele
Ketinggian lokasi untuk budidaya ikan lele didaerah dataran rendah hingga dataran tinggi (sekitar 700 m dpl). Sedangkan suhu ideal untuk kehidupan ikan lele antara 25-28°C.
Untuk pertumbuhan larva antara 26-30°C.
Pada masa pemijahan antara 24-28°C, dan untuk tingkat keasaman (pH) air kolam berkisar 6,5-9.
Adapun tingkat kesadahan (derajat butiran kasac) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm.
Kekeruhan air (turbidity) yang akan disebabkan oleh lumpur antara 30-60 cm, untuk mengukurnya bisa mnggunakan alat yang disebut sicchi disk.
Kemudian kadar oksigen (O2) untuk ikan lele dewasa 0,3 ppm sampai jenuh untuk burayak/anak lele. Kandungan CO2 harus kurang dari 12,8 mg/liter pada suhu perairan 25°C dan ammonium terikat 147,29-157,56 mg/l.
Walaupun ikan lele termasuk ikan yang dapat beradaptasi dilingkungan kondisi air minim, kualitas jelek, keruh, kotor serta sedikit oksigen, namun untuk menjaga kualitas ikan lele dan hasil budidaya yang maksimal sebaiknya air kolam untuk pemeliharaan sebaiknya tidak tercemari oleh limbah yang berbahaya.
B. Pembibitan ikan lele
Dalam menjalankan budidaya, tahap pembibitan sangat penting dan harus dipersiapkan dengan baik.
1. Penyiapan induk lele
Ciri-ciri induk jantan dan induk betina
Lele jantan ciri-cirinya:
- Ukuran kepala lebih kecil
- Warna kulit dada atau dasar badan lebih gelap dibanding induk betina
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol (meruncing) memenjang ke arah belakang. Terletak dibelakang anus dan berwarna kemerahan
- Gerakannya lincah
- Tulang kepala pendek dan agak gepeng/pipih(depress)
- Perut lebih langsing
- Jika bagian perut di-stripping secara manual dari perut ke arah ekor, akan keluar cairan putih kental (spermatozoa;mani)
- Kulit lebih halus dibandingkan induk lele betina.
Lele betina cirri-cirinya:
- Ukuran kepala lebih besar
- Warna kulit dada atau dasar badan agak terang
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, dan terletak di belakang anus
- Gerakannya lamban
- Tulang kepala pendek dan agak cembung
- Perut gembung dan lunak
- Jika bagian perut di-stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor, akan keluar cairan kekuning-kuningan (ovum/telur)
- Kulitnya lebih kasar dibandingkan lele jantan
Induk lele yang dipilih harus cukup umur. Lele lokal mulai dewasa saat berumur 6-8 bulan. Pada umur ini, bobot badan lele lokal mencapai 100 g. Untuk lele dumbo mencapai dua atau tiga kalinya (200-300g). Artinya, pada umur ini induk lele sudah dapat bertelur. Selain itu, pilih induk yang memiliki panjang badan sekitar 20-50 cm.
Untuk budidaya, induk lele hendaknya berasal dari hasil budidaya yang telah terbiasa dengan kehidupan kolam.
2. Persiapan kolam pemijahan
Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen. Jika tidak memungkinkan, pemijahan dan pemeliharaan lele dapat dilakukan dikolam tanah atau kolam berdinding dengan dasar tanah. Kemiringan tanah dasar kolam dibuat sekitar 5-10 derajat.
Kolam pemijahan terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian dangkal (70%) dan kubangan (30%). Bagian kubangan dibuat dibagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm. Kubangan ini berfungsi sebagai tempat berlindungnya induk ketika kolam disurutkan.
Dalam pemijahan lele, pada sisi-sisi kolam perlu disiapkan sarang peneluran. Bagian dalam bak pemijahan perlu dilengkapi sarang berupa kotak kayu tanpa dasar berukuran (25 x 40 x 30) cm sebagai sarang pemijahan.
Bagian atas kotak sarang diberi lubang dan tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Sementara itu, bagian depan kotak sarang sedikit gelap. Sarang juga perlu diberi ijuk dan kerikil sebagai media menempatkan telur hasil pemijahan.
Selain dari kotak kayu, sarang pemijahan juga dapat dibuat dari tumpukkan batu bara, ember plastic, atau batang bekas lainnya. Sebelum digunakan, kotak sarang harus berada dalam kondisi higienis. Oleh karena itu, bersihkan sarang dengan mencucinya menggunakan air, lalu bilas dengan formalin 40% atau KMnO4, kemudian bilas dengan air bersih dan keringkan.
3. Pemijahan
Pemijahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan (suntik/hipofisasi).
Dalam proses pemijahan alami ini ada dua cara yaitu, Pemijahan berpasangan dan Pemijahan massal, namun dicatan ini saya akan menginformasikan hanya pemijahan berpasangan saja.
Lele memijah sepenjang tahun. Pemijahan paling banyak terjadi bersamaan dengan datangnya musim penghujan, sepenjang musim hujan hingga peralihan musim kemarau. Sepanjang hidupnya, induk lele budidaya mampu memijah hingga 15 kali. Induk lele yang dipelihara dengan baik akan bertelur setiap 2-3 bulan sekali dan akan terus bertelur hingga berumur 5 tahun.
Selama 10 hari, terhitung dari sejak induk dimasukkan ke kolam pemijahan, ketinggian air kolam yang dimasukkan hanya sebatas permukaan kubangan (30-60Cm). pada hari ke 10-20, air kolam dinaikkan sampai 10-15 cm (hingga menutup sarang peneluran), dan pemberian pakan dihentikan.
Denagn perlakuan ini, dalam waktu 10 hari berikutnya induk akan memijah dan bertelur dalam sarang yang tersedia. Lebih kurang 24 jam berikutnya, telur akan menetas, burayak bisa tetap berada dalam pengasuhan induk atau dipelihara terpisah dalam kolam ipukan (kolam pendederan).
Pemijahan berpasangan
Pemijahan secara berpasangan tidak jauh berbeda dengan pemijahan alami. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran kolam pemijahan yang dibutuhkan. Bak atau kolam pemijahan secara berpasangan dapat dibuat dari semen atau teraso dengan ukuran 1m x 1 m atau 1m x 2 m. Sebagai tempat memijah, kolam perlu dilengkapi sarang pemijahan pada bagian dalamnya.
Setelah kolam pemijahan siap, tebarkan sepasang induk dalam bak yang telah diisi air setinggi sekitar 25 cm. Kondisi air sebaiknya mengalir dan penebaran sebaiknya dilakukan pada pukul 14.00-16.00. Biarkan induk selama 5-10 hari dan berikan pakan secara intensif. Memasuki hari 10 hari, sepasang induk ini biasanya telah berpijah, bertelur, dan menetaskan telurnya dalam waktu 24 jam. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
Anak-anak lele yang telah menetas dan masih kecil (stadium larva) dapat diberi pakan alami beruapa kutu air atau jentik-jentik nyamuk. Setelah ukurannya bertambah besar. Anak lele dapat diberi cacing dan kuning telur rebus.
4. Penetasan
Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Ditetaskan dikolam ipukan/pendederan
Dibiarkan menetas secara alami disarang yang terdapat pada kolam pemijahan.
Cara 1
Terdapat langkah-langkah yang ditempuh jika telur dipelihara dalam kolam ipukan (kolam pendederan), yaitu:
Segera keluarkan telur begitu pemijahan selesai.
Pelihara secara intensif telur-telur tersebut dalam kolam ipukan (kolam pendederan).
Pertumbuhan larva membutuhkan suhu air kolam antara 26-30°C.
Cara 2
Jika dibiarkan berada dalam asuhan induknya, biarkan telur menetas dan pemisahan burayak dengan induk dilakukan secara bertahap.
Adapun pemisahan induk dan burayak dilakukan dengan tahapan berikut.
Saat benih berumur seminggu, segera pisahkan induk betina dari kolam dan biarkan pejantan tinggal di kolam menjaga anak-anaknya.
Setelah berumur 2 minggu, pisahkan anakan dari induk jantan. Selanjutnya, keluarkan anakan lele dari sarang dan pindahkan ke kolam ipukan (pendederan).
Untuk mengumpulkan burayak, terlebih dahulu air kolam disurutkan hingga sebatas kubangan. Selanjutnya, benih dialirkan melalui pipa pengeluaran dan burayak lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan dapat dipelihara secara intensif.
C. Pembesaran Benih
Setelah menetas, benih hasil pemijahan perlu mendapat perhatian ekstra dan pemeliharaan intensif. Pemeliharaan intensif ini diharapkan mampu menekan angka kematian benih dan membuat pertumbuhan benih menjadi lebih pesat.
Pemberian pakan
Pada hari ke-1 sampai ke 3, benih lele tidak perlu diberi pakan tambahan karena masih memiliki kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
Hari ke-4 hingga akhir minggu ke-2, benih diberi zooplankton, yaitu daphnia dan artemia yang mengandung protein 60%. Dosisnya 70% kali biomassa setiap hari. Dua jenis pakan alami ini diberikan 4 kali sehari. Pakan ditebar di sekitar tempat pemasukan air (inlet).
Kira-kira 2-3 hari menjelang pemberian pakan zooolankton berakhir, benih lele sedikit demi sedikit dikenalkan dengan pakan berbentuk tepung yang mengandung protein 50%. Pakan tepung tersebut dapat berupa campuran kuning telur, tepung udang, serta sedikit bubur nestum. Untuk membiasakan pada pakan baru tersebut, pakan bentuk tepung diberikan sekitar 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton.
Minggu ketiga, pakan tepung diberikan sebanyak 43% kali biomassa setiap hari.
Minggu keempat, pakan tepung diberikan sebanyak 32% kali biomassa setiap hari.
Minggu kelima, pakan tepung dberikan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
Minggu keenam, benih diberi pakan berupa pellet apung.
Pendederan dan pembesaran
Pemeliharaan benih lele dilakukan di kolam ipukan (pendederan) dengan melalui tiga tahapan pendederan, yaitu pendederan 1, 2, 3.
kolam pendederan 1 digunakan untuk merawat benih hingga ukurannya mencapai sekitar 1-3 cm. kepadatan kolam pendederan untuk benih seukuran ini antara 60-100 ekor/m².
Selanjutnya, benih ukuran 3 cm ini dipelihara lebih lanjut pada kolam ipukan 2 hingga usianya mencapai 21-30 hari dan panjangnya sekitar 5-6 cm. Benih seukuran ini dapat dipelihara kembali dalam kolam ipukan 3 atau bisa juga dijual sebagai benih.
Selepas dipelihara dalam kolam ipukan (kolam pendederan) 3 hingga umurnya menginjak 35-45 hari, panjang badan lele telah mencapai 10-15 cm. Benih seukuran ini akan cepat besar apabila dipelihara dalam kolam pembesaran